Jumat, 22 Februari 2008

Neraka Yang Diperebutkan

Keinginan manusia yang tak berbatas, membuat sebagian dari mereka lupa, akan hakekat sesungguhnya mereka diciptakan. Dan sebagian lainnya…??? Terlelap dalam syahdunya ketidaktahuan. Berapa lama lagi populasi manusia dapat bertahan dengan keadaan seperti ini???

Fenomena ini lebih terasa nyata, saat kebuasan manusia tak terbendung, bukan hanya surga dunia yang diincar… “Neraka” pun diperebutkan, dan setan – setan pun tertawa.

Sesuai “Skenario” dari Sang Pencipta, manusia diciptakan untuk menjadi khalifah dan ditempatkan dibumi. Ini jelas bukanlah suatu hukuman atas dosa yang dituduhkan Iblis kepada Adam dan Hawa didepan Sang Sutradara. Karena baik Manusia (Adam & Hawa), Iblis, maupun Malaikat yang notabene merupakan Asisten Pribadi dari Sang Sutradara tidak mengetahui skenario ini.

Manusia yang dibekali nafsu dan akal kini telah menjadi penguasa dibumi, dan melupakan Penguasa yang sesungguhnya. Amanah ke-Khalifahan yang disematkan kini menjadi boomerang, manusia – manusia yang berkompeten menjadi khalifah atas manusia lainnya dengan “rakus” melahap semua kenikmatan semu duniawi. Sehingga menyebabkan ketimpangan sosial.

Amanah itu kini menjadi primadona dikalangan manusia yang telah dengan sangat baik mengkolaborasikan nafsu dan akal untuk mendapatkan kekuasaan atas manusia lain, dan kekayaan dari manusia lain. Tidak heran jika segala trik dan tipu muslihat untuk saling “membunuh” dilancarkan agar mendapatkan amanah itu.

Tanpa mereka menyadari, amanah itu akan mengantarkan sebagian kaki mereka dipintu neraka, dan sebagian lainnya dipintu surga. Konkritnya, semua yang dilakukan manusia, akan dimintai pertanggungjawaban. Bisa jadi pintu surga terbuka, atau malah terkunci mati bagi manusia yang menyalahgunakan amanah demi surga semu.

Satu yang menjadi pertanyaan, mengapa manusia berebut mendapatkan azab neraka???

Tanyakan pertanyaan itu kepada orang – orang yang saling “membunuh” demi kekuasaan. Bukan pada mereka yang menjadi tumbal.

Definisi Suara Hati...

Kasih sayang adalah sebuah kondisi jiwa berupa emosi untuk mengasihi dan mencurahkan perasaan yang baik kepada seseorang atau sesuatu.Bentuknya bisa berupa perhatian dan kepedulian mendalam pada obyek yang disayangi., keinginan berkorban, keinginan untuk memberi hal-hal yang menyenangkan, hasrat untuk melakukan sesuatu yang terbaik untuknya serta kesungguhan untuk menjaganya dari segala hal yang mudharat. Pendek kata, kasih sayang adalah menginginkan kebaikan dan kesenangan pada obyek yang disayangi. Karena itu sayang merupakan salah satu dimensi cinta.

NHOERH!QM@ LONKQUN

CERITA CINTAKU

Kala malam membuat diam antara kilau bintang yang sedang menari
Sang bulan tersenyum malu dibalik awan
Ketika ku bersenandung riang tentang cerita cintaku dengannya.

Dalam hatiku telah terukir namamu
Dalam jiwaku hanya ingin bersamamu
Dalam mimpiku slalu ingin membayngkanmu karena hanya dirimulah kelkasihku dalam CERITA CINTAKU.

Honey…!!!
Janganlah pernah mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih ingin bersamanya, jangan pernah menyerah jika kamu masih mau mencoba dan jangan pernah mengatakan kamu tidak mencintainya jika kamu masih tidak dapat melupakannya.

NHOERH!QM@ LONKQUN

PILAR –PILAR CINTA KASIH

Aku ingin menciptakan suatu kebersamaan denganmu. Kebersamaan yang akan menumbuhkan benih kasih diantara kita, yang akan membuatku menyerahkan harap dan segenap cintaku padamu.

Terkadang…

Aku tak mengerti jika saat ini cinta dapat hadir kapan saja. Hingga rasanya sulit untuk menemukan cinta dalam wujud kesucian yang kudus, kesetiaan yang manis dan kerinduan yang indah menghentak jiwa.

Cinta adalah perasaan ingin memiliki, kasih adalah perasaan ingin berkorban dan sayang adalah perasaan ingin melindungi.

NHOERH!QM@ LONKQUN

Senin, 18 Februari 2008

Cinta Monyet...???

Aku tertarik dengan dialog scenario oleh Tora Sudiro dalam film D’Bijis : “Cinta Monyet…??? Monyet kok disalahin, cinta… cinta aja…!!!”

Sebuah kalimat yang cukup menggelikan jika kita simak sepintas, tetapi mempunyai makna sangat dalam jika disinkronkan dengan realitas yang terjadi pada Putra – Putri penerus bangsa ini.

Remaja kita terlalu cepat diperkenalkan dengan dunia yang bahkan orang dewasapun masih sangat sulit memahaminya, dunia yang dengan bangga kita namakan “CINTA”. Sehingga remaja kita terjebak didalamnya dan tidak mempunyai cukup kekuatan untuk keluar dari sana, ditambah lagi dengan istilah “Cinta Monyet” yang seakan makin memberikan legalitas kebebasan pada para remaja untuk mengenal, merasakan, dan bahkan hancur karena cinta.

Realitas yang terjadi adalah banyaknya remaja yang kehilangan “Kehormatannya” ataupun menghilangkan kehormatan remaja lain yang oleh istilah cinta monyet disebut “Pacar”. Ironisnya, itu sah dalam cinta monyet.

Dengan fakta itu, kita tidak perlu heran kalau penyebaran HIV/Aids tidak terbendung, berapa banyak remaja putus sekolah karena hamil diluar nikah, berapa banyak uang yang beredar di Negara ini lenyap percuma untuk membiayai pendidikan tanpa ada hasil yang bisa diharapkan untuk masa depan bangsa, dan masih banyak hal negative lainnya yang dihasilkan oleh istilah cinta monyet ini.

Lantas…??? Siapa yang harus bertanggung jawab atas penyalahgunaan cinta yang diberikan oleh Sang Pencipta ini?

Kita tidak bisa menyalahkan pemerintah dalam hal ini, karena mereka terlalu sibuk menghamburkan uang rakyat, kita juga tidak bisa mengkambing – hitamkan media dengan suguhan – suguhan cinta khas remaja, kita juga tidak mungkin melimpahkan dosa ini kepada lingkungan yang notabene mempunyai andil dalam pembentukan karakter suatu populasi, kita juga tidak berhak menyalahkanku karena baru kali ini mengangkat wacana ini, atau anda yang baru memahami alur pemikiran dari tulisan ini.

Dan dengan permohonan maaf yang sebesar – besarnya, juga bukan bermaksud menggurui, kita harus menjustifikasi dan melemparkan kebobrokan ini kepada keluarga sebagai lahan pembentukan fondasi dasar moral para penerus bangsa, remaja yang menjadi bagian dari sebuah keluarga. Orang tua sebagai “Penguasa” dalam sebuah keluarga harus lebih bisa menanamkan nilai – nilai luhur moral dan pembinaan akhlak serta mengarahkan anak – anaknya kekoridor yang memang seharusnya, bukan malah melimpahkan pendidikan kepada guru disekolah yang hanya kurang lebih 8 jam menunaikan tugas mulianya, juga tidak seharusnya menyerahkan sepenuhnya pembinaan akhlak kepada Ustadz sebagai Pembina agama, karena orang tua yang mempunyai kedekatan psikologis dan waktu yang lebih banyak untuk mendampingi anak – anaknya dalam sebuah keluarga.

Negara ini akan sangat mengharapkan para keluarga untuk menjadi pahlawan dalam hal menghasilkan penerus bangsa yang siap menerima warisan tongkat estafet kelangsungan Negara. Sebab siapa lagi yang akan menggantikan para kaum tua memimpin negeri ini jika para kaum muda telah lebih dulu hancur hanya karena cinta. Terlalu tidak rasional jika hanya karena cinta, orang banyak yang menjadi tumbal.

Yang perlu disadari adalah, cinta “Bukanlah Anugrah” yang diberikan kepada setiap insan, tetapi cinta adalah “Amanah” yang akan diminta pertanggungjawabanya oleh Sang Pemilik cinta.

Jumat, 15 Februari 2008

Bait-bait Rasa yang Entah Cinta atau Benci

1. Ajariku mencintai malam
Biar kutau rasanya sepi
Dan menikmati per detik cumbuan sunyi,
Ajariku mencintai malam
Hingga aku tak perlu lari oleh sakit karena sepi.

2. Terimakasih telah memberiku rasa yang entah,
Pada jiwa yang lelah
Merindukan buncahan senja di wajahmu
Dan tanpa basa-basi
Kau hempaskan aku pada keranda
dengan setangkai mawar hitam.titik

3. Jiwaku menari dalam gelisah
Menggapai… melambai…
Bersujud di kaki-kaki cinta, Bergema syahdu,
Di tepian senja temaram
Aku - kamu
Tersungkur dalam rindu.

4. Dan kepada malam yang sedang berjalan,
Telah kupahatkan seribu puisi,
Bagi hatimu yang bersemayam,
Saat purnama tiba,
Saat aku - kamu
Bersepakat akan cinta


5. Aku akan belajar untuk menikmkati rasa ini,
Pada setiap ngilu di rongga jiwa
Pada setiap perih yang menyapa bathin,
Aku akan dan telah belajar
Mencintai nikmatnya sakit
Yang telah dan akan tergores

6. Lalu lelahkupun menjadi kenikmatan
di senja kemarin,
Pada separuh rasa yang entah
Sebab,
Kini aku akan dan telah terbiasa
Dengan sakitku yang entah_
Cinta atau benci.......(?)

7. Melayang daun bersama seluruh keangkuhan,
dan cintapun,
lalu terasa hambar...
dan benci semakin manis
meski ditengah air laut yang memang asin,
sekalipun_

8. aku benci pada rasa cintaku yang teramat besar kepadamu
pada setiap kompromi-kompromi kebisuanmu padaku.
Sungguh_, aku lelah
Menantikan purnama dimatamu
Sementara hatiku hanya sekerat daging,
Yang tak tahan akan goresan
Sungguh_,terakhir
Sebelum aku pergi,
Izinkan aku untuk membencimu sekali lagi.
Sungguh_